Narasumber malam ini dalam pelatihan belajar menulis PGRI
gelombang 20 adalah Ibu Musiin. Akrab dipanggin Ibu Iin. Lahir di kota Tahu
Takwa Kediri dan seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak
tahun 1998. Lulus S1 dari IKIP negeri Malang Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris. Pendidikan Strata II di Universitas Negeri Surabaya Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra mulai tahun 2006-2009.
Di lingkungan dunia pendidikan, ia aktif
menjadi tim pengembang mata pelajaran Bahasa Inggris dan tim penilai angka
kredit guru di tingkat Kabupaten Kediri. Selain mengajar, Bu Iin juga founder organisasi
swadaya masyarakat YAPSI yang berdiri sejak tahun 1991. Dalam bidang kewirausahaan, Bu Iin merupakan founder
PT In Jaya yang bergerak di bidang ekspedisi untuk pendistribusian produksi
Indomarco dan Indolakto Pasuruan. Selain pemasok bahan baku
tebu bagi pabrik gula di wilayah Madiun, Malang dan Kediri. Luar biasa.
Ibu Iin alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8. Berhasil
menulis buku bersama Prof Eko dan bukunya berhasil dipajang di toko buku
Gramedia secara online maupun offline. Bukunya dengan judul Literasi Digital
Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi. Beliau berhasil mengalahkan
ketakutan dari diri sendiri.
Ketakutan yang saya rasakan ketika menulis buku
adalah sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang
membaca.
2. Takut salah dalam
menyampaikan pendapat melalui tulisan.
3. Merasa karya orang
lain lebih bagus.
Ketakutan
itu yang sering kali membuat dirinya duduk berjam-jam di depan laptop, namun
tidak menulis apapun. Setelah mendapat materi dari Prof Eko yang membuat Ibu
Iin menjadi berani untuk menulis.
Prof. Eko diibaratkan sebagai seorang Master Chef yang memberi kita banyak pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel. Kita bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan.
Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat
populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book
Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di
dalam dirinya.
Sebelum menulis buku, Bapak ibu harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Alasan saya ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut:
1. Mewariskan
ilmu lewat buku.
2. Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
3. Mengembangkan
profesi sebagai seorang guru.
Kutipan terkenal dari Imam Ghazali
dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa saya ingin menjadi penulis.
Bapak Ibu penulis hebat,malam ini kita membahas
buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari
sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses Contoh: Buku Panduan
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir.
Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam
hal ini antar bab setara)
Pola yang saya pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster.
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni
Langkah Pertama : Pratulis
1. Menentukan
tema
2. Menemukan
ide
3. Merencanakan
jenis tulisan
4. Mengumpulkan
bahan tulisan
5. Bertukar
pikiran
6. Menyusun
daftar
7. Meriset
8. Membuat
Mind Mapping
9. Menyusun
kerangka
Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah
buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dan lain-lain.
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa
mendapatkan dari berbagai hal : pengalaman pribadi, pengalaman orang lain,
berita di media massa, status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, imajinasi, mengamati
lingkungan, perenungan dan membaca buku
Jadi Bapak Ibu penulis hebat, semua hal bisa
menjadi ide tulisan kita. Sekarang kembali ke buku yang ibu Iin tulis. Tema
yang saya angkat di buku saya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di
media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di
Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your
Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Selanjutnya mencari
referensi tentang literasi digital. Referensi berasal dari data dan fakta yang
saya peroleh dari literasi di internet.
Referensi terdiri dari :
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal,
nonformal atau informal.
2. Keterampilan yang diperoleh secara formal,
nonformal atau informal.
3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga
saat ini.
4. Penemuan yang telah didapatkan.
5. Pemikiran yang telah direnungkan
Tahap berikutnya membuat kerangka. Kerangka tersebut
diajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan. Berikut
ini adalah anatomi sebuah buku non-fiksi.
1. Halaman
Judul
2. Halaman
Persembahan (opsional)
3. Halaman
Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (opsional, minta
kepada tokoh yang
berpengaruh)
5. Halaman
Prakata
6. Halaman
Ucapan Terima Kasih (opsional)
7. Bagian
/Bab
8. Halaman
Lampiran (opsional)
9. Halaman
Glosarium
10. Halaman Daftar
Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
Langkah kedua : Menulis
Draf
1. Menuangkan konsep tulisan ke
tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan
kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide
dituliskan
Langkah ketiga : Merevisi
Draf
1. Merevisi
sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.
Langkah keempat : Menyunting
naskah (KBBI dan PUEBI)
1. Ejaan
2. Tata
bahasa
3. Diksi
4. Data dan
fakta
5. Legalitas
dan norma
KBBI online sangat membantu penulis dalam menyunting naskah.
Langkah kelima :
Menerbitkan.
Dalam menulis buku pastinya akan mendapatkan hambatan-hambatan dalam menulis. Hambatan-hambatan dalam menulis berupa hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan dan hambatan psikologis.
Cara mengatasinyan dengan banyak membaca, mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber, disiplin menulis setiap hari dan pergi ke pasar atau memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak)
Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis mengukir perjalanan hidup kita. Jadi, semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Apakah hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian.
Bapak Ibu yang hebat, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir cinta menulis.
===========================================================
Resume pertemuan 17
Gelombang 20/ 18 Agustus 2021
Penulis : Agung Pramono
tulisan yang menarik dan inspiratif, pak.. menambah wawasan penulisan buku non fiksi. keren
ReplyDeleteTulisannya padat berisi dan sangat informatif. mantap
ReplyDeleteFiksi dan non fiksi sudah dipelajari. Semangat menghasilkan salah satu karya di antaranya, dan atau keduanya. Semoga
ReplyDelete