Monday, August 23, 2021

CARA MUDAH PROMOSI BUKU

Narasumber  malam ini pelatihan belajar menulis PGRI  pertemuan ke 19 adalah Bapak Akbar Zainudin, dengan tema Teknik Promosi Buku

Pak Akbar Zainudin dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah,  7 Februari 1973. Alumnus Pondok Modern Gontor tahun 1991. Kuliah S1 di UIN Jakarta dan S2 di Sekolah Bisnis Prasetya Mulya Jakarta. Sekarang menyelesaikan program Doktor Manajemen SDM di Universitas Negeri Jakarta

Beliau seorang trainer dan motivator nasional. Pendiri PT EMJEWE Training dan Coaching serta perusahaan penerbitan buku MJW Book. Penulis buku Man Jadda Wajada. Buku best Seller yang terjual  55.000 eksemplar. Menulis 15 buku dari tahun 2010 sampai sekarang.

 STRATEGI PEMASARAN BUKU

Pada kesempatan ini beliau akan memaparkan tentang cara mudah memasarkan buku. Strategi pemasaran dikenal dengan 4P, yaitu Product (Strategi Produk), Price (Strategi Harga), Place of Distribution (Distribusi), dan Promotion (Promosi).

Sebelum kita bahas empat strategi di atas, yang perlu kita lakukan bahkan sebelum menulis adalah menentukan target audiens atau pembaca kita siapa. Karena strategi untuk anak-anak tentu saja berbeda dengan strategi untuk remaja, demikian juga untuk orang tua.

1.   STRATEGI PRODUK.

Ini sebenarnya lebih banyak menjadi tanggung jawab penerbit. Kita sebagai penulis lebih banyak memberikan masukan kepada penerbit siapa target pembaca kita dan pa kebutuhan mereka terhadap buku kita..Dengan demikian, konsep buku yang akan diterbitkan nanti menyesuaikan dengan kebutuhan dari target audiens.

2.   STRATEGI HARGA.

Menentukan harga buku juga biasanya menjadi tanggung jawab penerbit. Pada dasarnya penentuan harga buku, ada dua strategi. 1). harga buku secara umum. 2). Buku dijual dengan harga premium (lebih mahal dibandingkan buku biasa). Harga buku bisa dijual lebih mahal jika mempunyai nilai tambah dibandingkan dengan buku-buku yang lain. Misalnya hard cover, ditambah bonus-bonus (voucher seminar, workshop, dan lain-lain)

3.   STRATEGI DISTRIBUSI

Distribusi secara umum dibagi menjadi dua: distribusi tradisional dan distribusi non tradisional. Distribusi tradisional adalah melalui toko-toko buku, baik toko-toko buku jaringan nasional maupun toko buku lokal.  Sedangkan distribusi non tradisional, di antaranya adalah: 1). Melalui MLM (Multilevel Marketing) 2). Melalui Penjualan Langsung 3). Melalui Marketplace/e-Commerce (Lazada, Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dll).

4.   STRATEGI PROMOSI

Program promosi bisa dilakukan oleh penerbit maupun penulis. Beberapa program promosi yang bisa dilakukan.

Pertama, Launching buku. Adalah program untuk meluncurkan buku baru. Bisa di aula, masjid, lembaga pendidikan, hotel, di mana saja. Yang mengadakan bisa penerbit maupun penulis. Yang membiayai launching buku siapa? Bisa penerbit, bisa penulis. Kita perlu meyakinkan penerbit kalau buku kita akan laku, karena itulah mereka perlu menyelenggarakan program launching buku. 

Kalau di Gramedia, di toko-toko buku mereka ada tempat untuk launching buku. Kita bisa memanfaatkan tempat ini. Jadi kita promosikan acaranya, tempatnya di toko buku Gramedia.

Kedua, Bedah Buku. Bedah buku adalah acara diskusi untuk membedah isi buku kita. Bedah buku ini bisa secara online maupun offline. Offline artinya kita menyelenggarakan bisa bekerjasama dengan berbagai lembaga. Lembaga pendidikan, perpustakaan, majlis taklim, masjid, dan sebagainya.

Pokoknya, di semua tempat dan situasi yang memungkinkan, kita tawarkan bedah buku. Berapapun yang hadir, kita selenggarakan terus menerus. Apalagi sekarang ini eranya digital. Bukan berapa orang yang hadir yang penting, tetapi direkam lalu diupload di Medsos acara kita. InsyaAllah akan semakin membuat orang mengenal kita.

Ketiga, melakukan seminar ataupun workshop sesuai dengan tema buku kita. Kalau bukunya motivasi dan menulis. Maka secara berkala menyelenggarakan seminar dan diklat terkait motivasi dan menulis.

Seminar atau workshop ini, pertama-tama bolehlah dilakukan gratis. Karena target kita adalah mengenalkan buku kepada para peserta. Lakukan secara kontinyu, misalnya sebulan sekali. Kalau misalnya bisa offline, laksanakan di sekolah misalnya. Kalau tidak bisa offline, lakukan secara online. Bisa via WA, Zoom, FB, IG, dan sebagainya.

Keempat, membangun komunitas. Komunitas yang kita bangun adalah komunitas yang kita sesuaikan dengan tema buku kita. Kalau buku kita temanya motivasi, maka kita tuliskan buku-buku tentang motivasi. Buku tentang guru, maka bangun komunitas guru. Buku tentang menulis, bangun komunitas menulis. Buku tentang Ice Breaking, bangun komunitas Ice Breaking. Buku tentang bahasa, bangun komunitas bahasa. Komunitas membuat kita lebih dekat dengan pembaca sehingga memudahkan kita untuk menawarkan mereka dalam membeli buku.

Kelima, membangun jaringan reseller. Reseller adalah orang-orang yang mau menjualkan buku kita dan mendapatkan buku dari hasil yang terjual. Kita berikan 20-30 persen komisi dari harga jual. Misalnya harga jual buku kita Rp 100.000, kita kasih 20-30%, kita berikan materi-materi yang terkait buku kita, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menjual.

Keenam, jualan di marketplace. Buka toko di marketplace (Lazada, Shopee, Bukalapak, Tokopedia, dan sebagainya). Membuka toko di marketplace akan meluaskan promosi dan distribusi kita. Yang penting keberadaan kita dan buku kita ada. Itulah pentingnya ada di marketplace. Jadi kalau ada orang mencari judul buku kita, bisa ditemukan.

Ketujuh, memanfaatkan media sosial (Medsos) untuk promosi buku. Manfaatkan sebaik-baiknya followers dan subscriber dengan memberikan informasi tentang buku. Setiap hari, kita buat status terkait tema buku yang kita tulis, sehingga orang semakin paham dengan buku yang kita tulis.

Dan jangan setiap hari isinya jualan. Lebih banyak sharing-sharing, baru selling. Lebih banyak memberikan pengetahuan kepada para pembaca sehingga mereka merasa ada manfaat menjadi followers kita.

Sharing-sharing apa saja, kalau perlu sesuai dengan kebutuhan mereka. Sehingga setiap hari, semakin lama akan semakin ada ikatan dengan pembaca. Kalau sudah begitu, akan memudahkan kita dalam proses memengaruhi pikiran orang dalam membeli buku.

Dengan bersama-sama membangun kebutuhan akan membaca, maka akan memudahkan kita dalam proses menjual buku. 

Sebagai catatan penutup. Sekarang ini sebagai seorang penulis, kita kalau bisa memiliki beberapa keterampilan yang akan membantu proses penjualan buku.

1.     Keterampilan berbicara yang baik di depan umum (public speaking). Agar pada saat kita ada acara ataupun rekaman di Medsos dan YouTube, menjadi menarik bagi calon pembaca.

2. Kemampuan copywriting (membuat kata menarik untuk promosi dan penjualan). Ini salah satu keterampilan paling penting untuk menjual pada Abad 21.

3. Pemanfaatan teknologi informasi. Bagaimana memanfaatkan media sosial seperti YouTube, WA, IG, Facebook, Zoom, Webex, Google Meet, dan sebagainya. Karena eranya sekarang seperti itu. Kalau kita bisa memanfaatkan dengan baik, hidup akan lebih mudah.

 Demikian pemaparan materi malam ini, semoga kita bisa mengambil ilmu dari materi pemasaran buku. Hasil karya kita bisa langsung kita promosikan seperti yang diajarkan oleh pak Akbar Zainudin

==================================================

Resume ke 19

Gelombang 20

Penulis : Agung Pramono.

Saturday, August 21, 2021

MENGENAL LEBIH DEKAT PENERBIT INDIE

 Nara sumber mala mini dalam pelatihan menulis PGRI pertemuan ke 5 adalah bapak Mukminin dari SMP I Kedungping Lamongan Jatim. Menjadi penulis di usia 55 tahun. Pak Mukminin merupakan alumni gelombang 8. Beliau dikenal dengan panggilan Cak Inin dengan motto “ man jadda wa jada, jadilaah orang yang bermanfaat bagi orang lain dan tidak ada kata terlambat untuk menulis. Tulislah yang anda sukai, anda lihat dan anda dengar serta anda rasakan untuk berbagi pada orang lain”.

Malam ini kita akan mengenal lebih dekat tentang Penerbit Indie. Pada zaman milenial ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yg kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif tersebut perlu kita tulis dan terbitkan buku  menjadi yg bermanfaat bagi orang lain/ pembaca.

Untuk bisa terlatih menulis memang butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.

Berbicara motivasi, ada banyak kata-kata agar kita terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis bisa menjadi motivasi agar sukses dalam berkarya.

1."Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib

2. "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". - Imam Al-Ghazali


Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan Buku yang Tepat.

Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan buku. Ada 5 tahapan yg harus dilalui:

1. Prawriting

a. Tahap awal penulis mencari ide apa yang akan ditulis dengan peka terhadap sekitar ( Pay attention).

b. Penulis harus kreatif menangkap fenomena yg terjadi di sekitar untuk menjadi tulisan.

c. Penulis banyak membaca buku.

2. Drafting

Penulis mulai menulis naskah buku sesuai  yang dengan apa yang disukai ( pasion). Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dg penuh kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekpresi untuk menarik pembaca.

3. Revisi

Setelah naskah selesai maka kita lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang,   naskah mana yang perlu ditambahkan.

4. Editting/ Swasunting

Setelah naskah kita revisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit, kan malu kalau banyak kesalahan. Maka penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai PUEBI.

5. Publikasi 

Jika tulisan Anda yg berupa naskah buku sudah yakin maka Anda memasuki tahap Publikasi atau penerbitan  buku.

Pertanyaannya apakah Anda sudah mempunyai pandangan penerbit yg akan menerbitkan buku Anda?

Jawabnya adalah penerbit Independen ( penerbit Indie) yg bapak/ibu suka. Contohnya :  Oase, Gemala, YPTD dan  Kamlia Press Lamongan.

Bapak ibu sekalian yg hebat, penerbit buku ada macam. Pertama penerbit Mayor dan kedua penerbit Indhie. Apa perbedaanya? mari kita ikuti uraian berikut ini  :

1.  Jumlah Cetakan di penerbit mayor.

# Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.

#Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.

2.  Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

# Penerbit mayor : Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.

# Penerbit indie : Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti kami terbitkan. Kami adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

3.  Profesionalitas

# Penerbit mayor : Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.

# Penerbit indie : kami pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit Bapak Ibu dan Saudara-saudara. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus). Kami jaga mutu Cover bagus cerah mengkilat isi buku kertas cokal halus awet ( bookpapar) 

4.  Waktu Penerbitan

# Penerbit mayor :  Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

# Penerbit indie : Tentu berbeda kami akan segera memproses naskah yang kami terima dengan cepat. Dalam hitungan minggu bukumu sudah bisa terbit. Karena memang, kami tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Kami menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga kami tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku. 

5.  Royalti

# Penerbit mayor : Kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.

# Penerbit indie : Umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dll

6. Biaya penerbitan

# Penerbit mayor : Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.

# Penerbit indie : Berbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.

 Semoga semangat menulis kita bisa meniru narasumber malam ini.

==========================

Resume ke 5

Gelombang 20

Penulis : Agung Pramono

Friday, August 20, 2021

LANGKAH MUDAH MENYUSUN BUKU


 

Nara sumber malam ini dipertemuan ke 18 pelatihan belajar menulis PGRI adalah Bapak Yulius Roma Pantandean,S.Pd  dengan tema Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis

Pak Yulius Roma Patandean, S.Pd., lahir di Salubarani, Gandangbatu Sillanan, Kabupaten Tana Toraja, 6 Juli 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007). Saat ini sementara melanjutkan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Yulius Roma merupakan Guru Bahasa Inggris di SMAN 5 Tana Toraja. Ia pernah menjadi pengajar tidak tetap di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Toraja, Tutor Universitas Terbuka dan Fasilitator Belajar Yayasan Trampil Indonesia. Guru muda yang berprestasi ini sudah tidak diragukan lagi dalam dunia tulis menulis beberapa bukunya sudah terbit di penerbit mayor  Penerbit Andi.

Prestasi yang pernah diraihnya adalah Pemenang Ketiga Lomba Kreatifitas Guru Tingkat SMA pada Porseni PGRI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017. Meraih dua medali emas dan tiga medali perunggu Gurulympics PGRI tahun 2020. Guru Berprestasi jenjang SMA Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021

Pengantar beliau bahwa yakin bahwa bapak/ibu para sahabat penulis telah menyiapkan rancangan bangunan bukunya setelah beberapa pertemuan. Baik berupa rancangan naskah resume materi maupun rancangan naskah buku solo. Yakinlah dengan kualitas naskah buku yang telah disiapkan. Bagaimana pun sederhananya naskah tulisan kita, ia akan memiliki tempat tersendiri di hati pembacanya. Hindari rasa minder, bahwa naskahnya tidak baik. Pegang prinsip, naskah buku yang ada sangat baik untuk diterbitkan. Dengan demikian, akan ada rasa percaya diri dan kepuasan dalam melakukan pengeditan dan penyusunan naskah buku yang sistematis.

Agar, terbiasa dengan penyusunan naskah sistematis ini, maka saya menitip untuk CLBK. Bukan Cinta Lama Bersemi Kembali. Tetapi, Coba Lakukan Biasakan dan Konsisten. Memulai sesuatu tentunya tidak mudah. Sama halnya dalam mengumpulkan percikan-percikan naskah buku, demikian pula dalam mengedit dan menyatukan percikan naskah kita. Biarkan saja percikannya menyebar sana-sini di laptop, ketika dinikmati penyusunannya akan menghasilkan karya yang luar biasa.

Langkah-langkah menyusun buku :

1.Menulis naskah buku merupakan sebuah kenikmatan ketika kita menulisnya tanpa beban. Demikian pun ketika kita mulai merapikannya. Beban bahwa naskah kurang berkualitas, masih sedikit, bahasanya kurang keren, dll dibuang jauh-jauh. Yakinkan diri bahwa naskahnya paling unik diantara semua buku yang pernah terbit. Ini langkah awalnya.

2.Jika naskahnya memiliki TOC (Table of Contents), baca ulang urutan judul dan sub judulnya. Mungkin saja ada judul yang cocok di Bab lainnya. Termasuk potongan-potongan naskahnya, hindari ada pengulangan isi paragraf yang persis sama di Bab lainnya.

3.Pastikan ukuran kertasnya A5 dengan jumlah halaman khusus isi buku minimal 75 halaman

4.Beliau menyarankan kita menerbitkan buku solo. Dengan demikian Upayakan ada Kata Pengantar dari orang lain.

5.Tambahkan Prakata selaku penulis.

6.Jika memiliki gambar pendukung, cantumkan sumber gambarnya

7.Editing dan finalisasi.

8.Baca ulang naskahnya untuk memastikan urutan Bab, judul dan sub judulnya sudah sesuai.

Sekedar tambahan bahwa penting untuk sering-sering menyiangi naskah tulisan kita. Kadang ada Bab yang masih minim materinya, tentunya butuh tambahan materi. Jika merasa kesulitan menambahkan kalimat, tambahkanlah contoh-contoh pengalaman nyata yang pernah bapak/ibu jalani yang terkait dengan topik bukunya. 

Menyusun naskah buku sebenarnya tidak memiliki rumus paten, tetapi pada pembiasaan pada diri untuk melakukan pengeditan/penyuntingan. Beliau  memilih untuk terbiasa merapikan naskah sebelum dikirimkan ke penerbit. Naskah yang rapi tentunya sedikit membuat jatuh hati penerbit pada naskah buku kita. Naskah buku yang isinya biasa-biasa saja akan menjadi elegan ketika RAPI.

Jika pada satu waktu naskah yang kita tulis seolah-olah tidak terkait satu sama lain, namun memiliki judul yang berdiri sendiri pada tiap Bab, jadikan saja naskah buku dalam bentuk Bunga Rampai

Menyusun naskah buku adalah momen menikmati tulisan kita. Jatuh bangunnya kita dalam menulis akan dinikmati ketika memasuki tahap menyusun naskah-naskah yang terserak. Membiasakan diri membaca ulang dan menyunting naskah adalah tahap pembiasaan diri untuk untuk menghasilkan karya buku yang elegan. Seringkali ide yang terselip oleh tumpukan pikiran kita akan terungkit kembali dalam proses penyusunan naskah. Jadi, nikmatilah tahap menyatukan naskah-naskah buku sahabat-sahabat sekalian.

Buku-buku yang telah ditulis: Guru Menulis Guru Berkarya (Penerbit Eduvation, 2020); Digital Transformation: Generasi Muda Indonesia Menghadapi Transformasi Dunia (Penerbit ANDI, 2020); Antologi Puisi Rona Korona Dalam Duka dan Ria (Penerbit Oase Pustaka, 2020); Antologi Menciptakan Pola Pembelajaran Efektif dari Rumah (Penerbit Tata Akbar, 2020); Antologi Kisah Inspiratif Sang Guru (Penerbit Pustaka Ilalang, 2020); Tetesan Di Ujung Pena (Penerbit Eduvation, 2021); dan Merajut Asa Di Badai Korona (Penerbit Gemala, 2021), Flipped Classroom: Membuat Peserta Didik Berpikir Kritis, Kreatif, Mandiri, dan Mampu Berkolaborasi dalam Pembelajaran yang Responsif (Penerbit ANDI, 2021), Metode Belajar Online: Kiat Sukses dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (YPTD 2021).

 ===================================================

Resume ke 18

Gelombang 20

Penulis : Agung Pramono

Wednesday, August 18, 2021

CARA MUDAH MENULIS BUKU NON FIKSI


Narasumber malam ini dalam pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 20 adalah Ibu Musiin. Akrab dipanggin Ibu Iin. Lahir di kota Tahu Takwa Kediri dan seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak tahun 1998. Lulus S1 dari  IKIP negeri Malang Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Pendidikan Strata II di Universitas Negeri Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra mulai tahun 2006-2009.

Di lingkungan dunia pendidikan, ia aktif menjadi tim pengembang mata pelajaran Bahasa Inggris dan tim penilai angka kredit guru di tingkat Kabupaten Kediri. Selain mengajar, Bu Iin juga founder organisasi swadaya masyarakat YAPSI yang berdiri sejak tahun 1991. Dalam bidang kewirausahaan, Bu Iin merupakan founder PT In Jaya yang bergerak di bidang ekspedisi untuk pendistribusian produksi Indomarco dan Indolakto Pasuruan. Selain pemasok bahan baku tebu  bagi pabrik gula di wilayah Madiun, Malang dan Kediri. Luar biasa.

Ibu Iin alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8. Berhasil menulis buku bersama Prof Eko dan bukunya berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Bukunya dengan judul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi. Beliau berhasil mengalahkan ketakutan dari diri sendiri.

Ketakutan  yang saya rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:

1.      Takut tidak ada yang membaca.

2.      Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.

3.      Merasa karya orang lain lebih bagus.

  

Ketakutan itu yang sering kali membuat dirinya duduk berjam-jam di depan laptop, namun tidak menulis apapun. Setelah mendapat materi dari Prof Eko yang membuat Ibu Iin menjadi berani untuk menulis. 

Prof. Eko diibaratkan sebagai seorang Master  Chef  yang memberi kita banyak pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel.  Kita  bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan.

Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya.

Sebelum menulis buku, Bapak ibu harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Alasan saya ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut:

1.      Mewariskan ilmu lewat buku.

2.     Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.

3.      Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.

Kutipan terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa saya ingin menjadi penulis.

Bapak Ibu penulis hebat,malam ini kita membahas buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari

    sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran

2.  Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses Contoh: Buku Panduan

3.  Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir.

    Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam

    hal ini antar bab setara)

Pola yang saya pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster. 

Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni

Langkah Pertama : Pratulis

1.      Menentukan tema

2.      Menemukan ide

3.      Merencanakan jenis tulisan

4.      Mengumpulkan bahan tulisan

5.      Bertukar pikiran

6.      Menyusun daftar

7.      Meriset

8.      Membuat Mind Mapping

9.      Menyusun kerangka

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dan lain-lain. Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal :  pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan dan membaca buku

Jadi Bapak Ibu penulis hebat, semua hal bisa menjadi ide tulisan kita. Sekarang kembali ke buku yang ibu Iin tulis. Tema yang saya angkat di buku saya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Selanjutnya mencari referensi tentang literasi digital. Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet.

Referensi terdiri dari :

1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal, nonformal atau informal.

2. Keterampilan yang diperoleh secara formal, nonformal atau informal.

3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini.

4. Penemuan yang telah didapatkan.

5. Pemikiran yang telah direnungkan

Tahap berikutnya membuat kerangka. Kerangka tersebut diajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan. Berikut ini adalah anatomi sebuah buku non-fiksi.

1.      Halaman Judul

2.      Halaman Persembahan (opsional)

3.      Halaman Daftar Isi

4.      Halaman Kata Pengantar (opsional, minta kepada tokoh yang   

         berpengaruh)

5.      Halaman Prakata

6.      Halaman Ucapan Terima Kasih (opsional)

7.      Bagian /Bab

8.      Halaman Lampiran (opsional)

9.      Halaman Glosarium

10.    Halaman Daftar Pustaka

11.    Halaman Indeks

12.    Halaman Tentang Penulis 

Langkah kedua : Menulis Draf

1.   Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2.   Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide

      dituliskan

Langkah ketiga : Merevisi Draf

1.      Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2.      Memeriksa gambaran besar dari naskah.

Langkah keempat : Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1.      Ejaan

2.      Tata bahasa

3.      Diksi

4.      Data dan fakta

5.      Legalitas dan norma

KBBI online sangat membantu penulis dalam menyunting naskah.

Langkah kelima : Menerbitkan.

Dalam menulis buku pastinya akan mendapatkan hambatan-hambatan dalam menulis. Hambatan-hambatan dalam menulis berupa hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan dan hambatan psikologis.

Cara mengatasinyan dengan banyak membaca, mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber, disiplin menulis setiap hari dan pergi ke pasar atau memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak)

Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis  mengukir perjalanan  hidup kita. Jadi,  semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Apakah hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian. 

Bapak Ibu yang hebat, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir  cinta menulis.


===========================================================

Resume pertemuan 17

Gelombang 20/ 18 Agustus 2021

Penulis : Agung Pramono

Monday, August 16, 2021

KELENGKAPAN NASKAH BUKU

Narasumber malam ini dalam pelatihan belajar menulis PGRI adalah ibu Theresia Sri Rahayu, S.Pd.SD. Saya memanggilnya Cikgu Tere. Beliau adalah salah satu alumni gelombang ke-4 yang bukunya terbit ke penerbit mayor PT Andi Offset. Menurut bu There  sebenarnya baru dalam menulis buku.  Terutama mulai produktif sejak mengenal Om Jay dalam belajar menulis PGRI.

Beberapa buku solo sudah diterbitkan yg terbit mulai tahun 2020. Buku ke empat dengan judul Belajar Dalam Mengajar terbit tahun 2021 setelah menyelesaikan tantangan menulis di blog setiap hari brsama YPTD. Selain itu buku antologi yg ditulis tidak disimpan.  Karena biasanya buku antologinya menjadi pemenang di beberapa kegiatan menulis bareng.

Bapak/Ibu, tentunya kita berharap bahwa sebentar lagi kita akan mendapatkan mahkota sebagai penulis, yaitu buku. Oleh karena itu,  materi malam ini,  tentang kelengkapan naskah untuk menjadi sebuah buku. Jika kita ingin menulis buku, kemudian bukunya ingin diterbitkan dan dicetak oleh penerbit,  maka kita harus melengkapi naskah buku kita dengan beberapa kelengkapan ini.

Sebenarnya itu belum semuanya. Masih ada bagian-bagian lain dari kelengkapan buku.  Seperti cover,  daftar pustaka,  dll. Tapi pada malam hari ini,  kita akan fokus pada empat bagian kelengkapan naskah di atas.


Bagian pertama adalah Prakata.

Berdasarkan pengalaman beliau sebagai penulis, pernah mengalami kebingungan antara prakata dan kata pengantar. Ternyata prakata berbeda dengan kata pengantar. Bapak/Ibu sudah jelas kan bedanya. Nanti juga Bpk/Ibu pasti akan segera mendapatkan kata pengantar dari Om Jay di buku yg akan bapak/ibu terbitkan. Sabar dan semangat ya.


Bagian kedua yaitu daftar Isi.

Narasumber punya pengalaman menarik saat menulis buku dalam waktu satu minggu bersama Prof. Richardus Eko Indrajit. Saat itu Prof. Eko memberikan challenge dlm kegiatan menulis seperti ini dan beliau tertarik untuk mengikutinya. Akhirnya,  setelah kelas belajar melalui WA selesai,  bu There langsung buat Outline buku  tersebut dan dikirimkan ke Prof. Eko keesokan harinya.

Saat itu hanya membuat 3 Bab yang diperkirakan hampir 60 halaman. Karena targetnya satu minggu. Oh ya,  judul bukunya adalah Belajar Semudah Klik. Merasa dikejar - kejar waktu.  Tapi untungnya dengan adanya outline ini,  bisa  tetap fokus pada inti setiap bab.  Jadi outline ini sangat membantu sekali. Tidak ada istilah mental blocking.

Akhirnya Prof. Eko meminta saya untuk menambah jumlah Bab dan halaman. Pengalaman menarik berikutnya adalah ketika baru tahu bahwa ada cara mudah membuat daftar isi otomatis menggunakan microsoft word.

Bagian ketiga adalah Sinopsis

Narasumber ingat ketika buku yang  berjudul Belajar Semudah Klik sedang proses review oleh Penerbit Andi. Luar biasa sensasinya. Karena kita tahu bersama bahwa Penerbit Andi adalah penerbit mayor. Proses seleksi sangat ketat. Dan saat itu, harus mengirimkan sinopsis buku tersebut. Berulang kali mencari referensi dan membaca ulang sinopsis yang dibuat.

Sinopsis menceritakan keseluruhan isi buku secara ringkas. Sedangkan Blurb hanya menuliskan bagian - bagian menarik dari sebuah buku.  Penanda utama blurb adalah pertanyaan yang mengundang rasa ingin tahu pembaca.


Bagian keempat adalah profil penulis.

Hal penting yang harus diperhatikan adalah profil penulis merupakan pendukung isi buku yang kita tulis.  Maksudnya jika kita menulis tentang tips menulis di blog,  minimal kita sudah mempunyai kompetensi di bidang itu.  Mungkin kita bisa menuliskan penghargaan sebagai blogger.

Juga harus relevan. Misalnya kita menulis tentang pendidikan,  tapi kita berlatar belakang non pendidikan,  maka itu tidak relevan.  Sehingga dapat menurunkan kepercayaan pembaca buku kita.

Dan hal penting lainnya adalah menuliskan nomor kontak penulis yang dapat dihubungi.  Terutama adalah jika pihak penerbit ingin melakukan editing dan perlu menghubungi kita.  Selain itu bisa juga menjalin komunikasi dengan para pembaca buku kita.

Misalnya ketika kita menulis buku tentang Aplikasi Pembelajaran,  bisa saja kita dihubungi oleh pembaca yang ingin mengundang kita sebagai narasumber pelatihan terkait topik tersebut.


 =====================================

Resume pertemuan 16
Gelombang 20
Senin, 16 Agustus 2021
Penulis Agung Pramono

Mau Jadi Penulis maka Menulislah

Malam ini saya mengikui Kelas Belajar Menulis Nusantara dengan narasumber  Dr. Wijayakusumah,M.Pd dan moderator Raliyanti, S.Sos M.Pd &quo...